Jumat, 21 Juli 2017

Faktor Risiko Tingginya Prevalensi Gastritis di Sumatera Barat

KATA PENGANTAR


Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan rahmat-Nya, kami dapat menyusun karya tulis ilmiah yang berjudul “Faktor risiko tingginya prevalensi gastritis di Sumatera Barat”.

Adapun maksud penyusunan karya tulis ini untuk memenuhi tugas bahasa Indonesia. Rasa terima kasih kami tidak terkirakan kepada yang terhormat Ibu Lilimiwirdi, S.S., M.Hum. selaku pembimbing materi dalam pembuatan karya tulis ini, serta semua pihak yang telah mendukung dalam penyusunan karya tulis ini yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu.
 

Harapan kami bahwa karya tulis ini dapat bermanfaat bagi para pembaca untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang pentingnya upaya pencegahan penyakit gastritis.

Kami menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari sempurna dengan keterbatasan yang kami miliki. Tegur sapa dari pembaca akan kami terima dengan tangan terbuka demi perbaikan dan penyempurnaan karya tulis ini.
 

                                                                            Padang, Mei 2017






BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG
Dalam tubuh manusia banyak terdapat sistem yang saling kerja sama dalam mempertahnkan kehidupan. Sistem pencernaan merupakan salah satu system yang penting dalam tubuh karena hasilnya nanti berupa energi yang sangat penting dalam proses metabolisme dan kelangsungan hidup setiap sel di tubuh.  Sistem pencernaan melibatkan organ-organ penting, salah satunya adalah lambung. Di Lambung nantinya terjadi pemecahan dan penyerapan karbohidrat dan lapisan mukosa lambung menghasilkan asam lambung (HCL) yang dalam kadar normal fungsinya sangat penting. Lambung (gaster) bisa mengalami kelainan seperti peradangan pada dinding lambung, jika pola hidup seperti pola makan dan diet yang tidak normal atau mengkonsumsi jenis obat-obatan bisa mengakibatkan gastritis atau maag.
Gastritis atau yang secara umum dikenal dengan penyakit maag merupakan salah satu penyakit tidak menular yang sering kita dengar dalam kehidupan seharihari. Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang dapat bersifat akut dan kronis. Gejala gastritis antara lain adalah rasa terbakar di perut bagian atas, kembung, sering bersendawa,mual-mual dan muntah(1) .
Gastritis merupakan salah satu penyakit yang paling banyak dijumpai di klinik Penyakit Dalam. Gastritis akut merupakan penyakit yang sering ditemukan biasanya jinak dan dapat sembuh sendiri(3). Badan penelitian kesehatan dunia WHO pada tahun 2012, mengadakan tinjauan terhadap beberapa Negara di dunia dan mendapatkan hasil persentase dari angka kejadian gastritis di dunia, diantaranya Inggris 22%, China 31%, Jepang 14,5%, Kanada 35%, dan Perancis 29,5%. Di dunia, insiden gastritis sekitar 1,8-2,1 juta dari jumlah penduduk setiap tahun. Insiden terjadinya gastritis di Asia Tenggara sekitar 583.635 dari jumlah penduduk setiap tahunnya. Prevalensi gastritis yang dikonfirmasi melalui endoskopi pada populasi di Shanghai sekitar 17,2% yang secara substantial lebih tinggi daripada populasi di barat yang berkisar 4,1% dan bersifat asimptomatik(4).
Persentase dari angka kejadian gastritis di Indonesia menurut WHO adalah 40,8%. Angka kejadian gastritis pada beberapa daerah di Indonesia cukup tinggi dengan prevalensi 274,396 kasus dari 238,452,952 jiwa penduduk. Berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun 2010, gastritis merupakan peringkat ke lima dari 10 besar penyakit terbanyak pasien rawat inap yaitu 24,716 kasus dan peringkat ke enam dari 10 besar penyakit terbanyak rawat jalan di Rumah Sakit di Indonesia yaitu 88,599 kasus(5,6). Angka 3 kejadian gastritis pada beberapa daerah di Indonesia cukup tinggi dengan prevalensi 274,396 kasus dari 238,452,952 jiwa penduduk.Berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan RI dan angka kejadian gastritis tertinggi mencapai 91,6% yaitu di kota Medan, lalu di beberapa kota lainnya seperti Surabaya 31,2%, Denpasar 46%,Jakarta 50%, Bandung 32,5%,Palembang 35,35%,Aceh 31,7%, dan Pontianak 31,2%(7). Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Barat tahun 2013 dan data tahun 2014 menurut urutan 10 besar penyakit terbanyak diSumatera Barat gastritis menempati urutan ke 2 (dua) dengan jumlah penderita sebesar 202.138 kasus(8).
Penyakit gastritis merupakan penyakit pencernaan sehingga pengaturan zat makan yang masuk merupakan faktor utama untuk menghindari gastritis. Penyakit gastritis dapat disebabkan antara lain: kurang memperhatikan pola makan, obat-obatan, alkohol, infeksi bakteri, kondisi stres dan penyakit. Selain itu beban kerja yang tinggi ditambah berbagai persoalan hidup yang tak kunjung selesai membuat orang cenderung dihinggapi penyakit gastritis. Pencegahan gastritis dilakukan dengan memperhatikan pola makan dan zat-zat makanan yang dikonsumsi seperti mengurangi makanan yang merangsang pengeluaran asam lambung dan kurangi stres.
Stres adalah bentuk ketegangan dari fisik, psikis, emosi maupun mental yang merupakan salah satu pemicu munculnya gastritis karena dapat menyebabkan aliran darah ke mukosa dinding lambung berkurang sehingga terjadi peningkatan permeabilitas dinding lambung. Stres menyebabkan sistem saraf di otak yang berhubungan dengan lambung mengalami kelainan karena ketidakseimbangan. Stres juga mengakibatkan perubahan hormonal di dalam tubuh yang bisa merangsang produksi asam lambung secara berlebihan. Selain itu stres dapat menimbulkan dampak negatif lain bagi individu yaitu pada fisiologis berupa keluhan seperti sakit kepala, sembelit, diare, sakit pinggang, urat tegang pada tengkuk, tekanan darah tinggi, kelelahan, sakit perut, maag, berubah selera makan, susah tidur dan kehilangan semangat.
Gastritis merupakan penyakit yang sering dijumpai di masyarakat. Penyakit ini dianggap remeh dan sering dianggap penyakit yang sederhana, sehingga penderita cenderung mengobati sendiri. Akibat pengobatan yang salah ataupun tidak tuntas penyakit ini kerap kambuh dan mengganggu aktivitas sehari-hari. Dampak gastritis dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan terjadinya suatu luka dalam perut yang dapat menimbulkan nyeri ulu hati yang sangat perih. Luka pada dinding lambung seringkali karena peningkatan pengeluaran asam lambung selanjutnya akan meningkatkan motilitas lambung dan jika dibiarkan lebih lanjut dapat menyebabkan tukak lambung, pendarahan hebat, dan kanker. Kanker lambung masih menjadi penyebab kematian akibat kanker nomor dua di dunia. Terjadinya kanker lambung 4 pada dasarnya di dahului terjadinya tukak lambung atau gastritis. Apabila pertolongan terlambat dilakukan maka hal yang fatal dapat terjadi.
Melihat data dan keterangan di atas maka hal ini menunjukkan bahwa permasalahan gastritis memiliki tingkat keseriusan yang cukup tinggi dalam dunia kesehatan masyarakat khususnya di Provinsi Sumatera Barat. Untuk itu maka peneliti tertarik mengetahui “Faktor risiko tingginya prevalensi gastritis di Sumatera Barat”.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah peneliti ingin mengkaji “Faktor risiko tingginya prevalensi gastritis di Sumatera Barat”.


1.3 TUJUAN
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan Umum Untuk mengetahui apa aja faktor resiko tingginya prevalensi gastritis di Sumatera Barat
1.3.2 Tujuan Khusus
1.       Mengetahui tentang pengertian gastritis
2.       Mengetahui tentang penyabab gastritis
3.       Mengetahui tentang tanda dan gejala gastritis
4.       Mengetahui tentang penyebaran penyakit gastritis di Sumatera Barat.
5.       Mengetahui tentang pencegahan gastritis
6.       Mengetahui tentang perawatan gastritis dirumah
7.       Mengetahui tentang pengobatan gastritis.
1.4 MANFAAT
1.       Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman penulis tentang faktor risiko upaya pencegahan penyakit gastritis.
2.       Sebagai tambahan pengetahuan bagi masyarakat tentang hubungan pola makan dan stres dengan kejadian gastritis.
3.       Dapat dijadikan dasar dalam penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan gastritis