Selasa, 10 November 2015

Makalah Pemberontakan Dalam Negeri

TUGAS SEJARAH
MAKALAH PEMBERONTAKAN DALAM NEGERI


A.Pemberontakan PKI di Madiun
Ø  Terjadi:
Pada tanggal 18 September 1948
Di Madiun.
Ø  Latar belakang :
Amir Syariffudin turun dari jabatan dan digantikan oleh moh.hatta
Ø  Tokoh :
Musso dan Amir syariffudin
Ø  Penumpasan :
Panglima jendral Soedirman menunjuk kol. Gatot subroto sebagai gubernur jawa tengah dan kol. Sungkono gubernur  militer jawa timur diperintahkan untuk memimpin dan menggerakkan pasukan. Pasukan Siliwangi digerakkan dari jawa tengah.pada tanggal 30 september 1948 keadaan madiun dapat terkendali.
Muso tewas di ponegoro dan syafruddin tertangkap di purwodadi.
Ø  Penjelasan
Peristiwa Madiun adalah sebuah konflik kekerasan yang terjadi di Jawa Timur bulan September – Desember 1948 antara pemberontak komunis PKI dan TNI. Peristiwa ini diawali dengan diproklamasikannya Negara Republik Soviet Indonesia pada tanggal 18 September 1948 di Kota Madiun oleh Muso, seorang tokoh Partai Komunis Indonesia dengan didukung pula oleh Menteri Pertahanan saat itu, Amir Sjarifoeddin.
Pada saat itu hingga era Orde Lama peristiwa ini dinamakan Peristiwa Madiun, dan tidak pernah disebut sebagai pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI). Baru di era Orde Baru peristiwa ini mulai dinamakan Pemberontakan PKI Madiun.
Bersamaan dengan itu terjadi penculikan tokoh-tokoh masyarakat yang ada di Madiun,baik itu tokoh sipil maupun militer di pemerintahan ataupun tokoh-tokoh masyarakat dan agama.
Masih ada kontroversi mengenai peristiwa ini. Sejumlah pihak merasa tuduhan bahwa PKI yang mendalangi peristiwa ini sebetulnya adalah rekayasa pemerintah Orde Baru (dan sebagian pelaku Orde Lama).





B.DI (Darul Islam) / TII (Tentara Islam Indonesia)
1.DI/TII Jawa Barat:
Ø  Terjadi:
Pada Tanggal 7 Agustus 1945
Ø  Latar Belakang:
-kekecewaan SM Kartosuwiryo terhadap kebijakan Soekarno mengenai faham komunis
-Keinginan Darul Islam untuk mendirikan negara islam indonesia (NII)
Ø  Tokoh:
Sekar Marijan Kartosuwiryo
Ø  Penumpasan:
- Dengan operasi militer yang disebut Operasi Bharatayuda.
-
Dengan taktis Pagar Betis. Pada tanggal 4 juni 1962, Kartosuwiryo berhasil ditanggap oleh pasukan Siliwangi di Gunung Geber, Majalaya, Jawa Barat. Akhirnya Kartosuwiryo dijatuhi hukuman mati 16 Agustus 1962.
Ø  Penjelasan
  Ketika pasukan Siliwangi berhijrah, gerombolan DI/TII ini dapat leluasamelakukan gerakannya dengan membakar rumah – rumahrakyat, membongkar rel kereta api, menyiksa dan merampok hartabenda penduduk. Akan tetapi setelah pasukan Siliwangi mengadakanLong March kembali ke Jawa Barat, gerombolan DI/TII ini harusberhadapan dengan pasukan Siliwangi. Upaya penumpasanpemberontakan DI/TII memakan waktu yang lama karena :1. medannya berupa daerah pegunungan – pegunungan sehingga sangat mendukung pasukan DI/TII untuk bergerilya,2. pasukan Kartosuwirjo dapat bergerak dengan leluasa di Kalangan Rakyat,3. pasukan DI/TII mendapat bantuan dari beberapa orang Belanda, antara lain pemilik – pemilik perkebunan dan para pendukung negara Pasundan,4. suasana Politik yang tidak stabil dan sikap beberapa kalangan partai politik telah mempersulit usaha – usaha pemulihan keamanan.
  Selanjutnya dalam menghadapi aksi DI/TII pemerintah mengerahkanpasukan TNI untuk menumpas gerombolan ini. Pada tahun 1960 pasukanSiliwangi bersama rakyat melakukan operasi “Pagar Betis“ dan operasi“Bratayudha“. Pasukan SM Kartosuwiryo semakin terdesak dan melemahsehingga banyak yang menyerah.Pada tanggal 4 Juni 1962 Sekarmadji Maridjan Kartosuwirjo beserta parapengawalnya dapat ditangkap oleh pasukan Siliwangi dalam operasi“Bratayudha“ di Gunung Geber, daerah Majalaya, Jawa Barat. KemudianSekarmadji Maridjan Kartosuwirjo oleh Mahkamah Angkatan Daratdijatuhi hukuman mati sehingga pemberontakan DI/TII di Jawa Baratdapat di padamkan.


2.DI/TII Jawa Tengah:
Ø  Terjadi:
Pada Tanggal 23 Agustus 1945
D
i daerah Brebes, Tegal, dan Pekalongan
Ø  Tujuan:
Keinginan mendirikan Negara Islam Indonesia (NII) untuk bergabung dengan DI/TII yang ada di Jawa Barat di bawah pimpinan Kartosuwiryo.
Ø  Tokoh:
Amir Fatah dan Moh.Mahfuzd Abdul Rachman (kiai sumolangu)
Ø  Penumpasan:
-Pada Januari 1950 dibentuk Komando Gerakan Banteng Negara (GBN) dibawah Letkol Sarbini (selanjutnya kolonel M.bachrun dan kol A.Yani)
-
Gerakan DI/TII berhasil hancur tahun 1957 dengan pasukan Benteng Raiders
Ø  Penjelasan
DI (Darul Islam) pada hakekatnya adalah persoalan yang ditimbulkan oleh golongan extrim Islam yang akan mendirikan Negara Islam Indonesia yang merdeka dengan agama Islam sebagai dasarnya. Pusat DI di Jawa Barat dipimpin oleh SM. Kartosuwiryo. Kemudian pengaruhnya meluas ke luar daerah yaitu Jawa Tengah, Aceh, Kalimantan dan Sulawesi Selatan. Gerakan tersebut sesungguhnya telah dimulai pada tahun 1946. Akibat perjanjian Renville, pasukan‑pasukan TNI harus meninggalkan kantong‑kantong gerilya kemudian melaksanakan hijrah. Keputusan tersebut ditolak oleh Kartosuwiryo, karena politik yang demikian dianggap merugikan perjuangan. Oleh karena itu pasukan Hizbullah dan Sabilillah tidak diizinkan meninggalkan Jawa Barat. Setelah pasukan Siliwangi hijrah ke Jawa Tengah, Kartosuwiryo lebih leluasa melaksanakan rencananya. Pada bulan Maret 1948 pasukan‑pasukan itu membentuk gerakan dengan nama Darul Islam (DI) dan tanggal 7 Agustus 1949 Kartosuwiryo memproklamasikan Negara Islam Indonesia (NII) dengan Tentara Islam Indonesia (TII). Hukum yang berlaku di negara Islam itu ialah hukum Islam. Hal ini jelas bahwa NII tidak mengakui UUD 1945 dan Pancasila.
DI/TII itu kemudian memusuhi pasukan TNI dengan mengadakan pengadangan dan menyerang pasukan TNI yang sedang dalam perjalanan kembali ke Jawa Barat. Pemberontakan DI/TII di Jawa Barat dengan segala cara menyebarkan pengaruh‑nya ke Jawa Tengah. Gerakan DI/TII di Jawa Tengah di pimpin Amir Fatah. Daerah operasinya di daerah Pekalongan Tegal dan Brebes dimana daerah tersebut mayoritas pendudukanya beragama Islam yang fanatik.
Pada waktu daerah pendudukan Belanda terjadi kekosongan, maka pada bulan Agustus 1948 Amir Fatah masuk ke daerah pendudukan Belanda di Tegal dan Brebes dengan membawa 3 kompi Hizbullah. Amir Fatah masuk daerah pendudukan melalui Sektor yang dipimpiin oleh Mayor Wongsoatmojo. Mereka berhasil masuk dengan kedok untuk mengadakan perlawanan terhadap Belanda dan mendapat tugas istimewa dari Panglima Besar Sudirman untuk menyadarkan Kartosuwiryo.
Amir Fatah setelah tiba di daerah pendudukan Belanda di Pekalongan dan Brebes kemudian melepaskan kedoknya untuk mencapai tujuan. Dengan jalan intimidasi dan kekerasan berhasil membentuk organisasi Islam yang dinamakan Majlis Islam (MI) mulai tingkat dewasa sampai karesidenan. Disamping itu menyusun suatu  kekuatan yaitu Tentara Islam Indonesia (TII) dan Barisan Keamanan serta Pahlawan Darul Islam (PADI). Dengan demikian di daerah pendudukan, Amir Fatah telah menyusun kekuatan DI di Jawa Tengah.
Sementara itu Mayor Wongsoatmojo pada bulan Januari 1949 masuk daerah pendudukan Belanda di Tegal dan Brebes dengan kekuatan 4 kompi. Kemudian diadakan perUndingawn dengan pimpinan Majelis Islam (MI) yang diawali Amir Fatah. Dengan perundingan itu dapat dicapai suatu kerjasama antara pemerintah militer dengan MI juga antara TNI dengan pasukan Hizbullah dan Amir Fatah diangkat menjadi Ketua Koordinator daerah operasi Tegal‑Brebes.
Dibalik itu semuanya Amir Fatah menggunakan kesempatan tersebut untuk menyusun kekuatan TII dan DI‑nya. Usaha untuk menegakkan kekuasaan di Jawa Tengah semakin nyata. Lebih-lebih setelah datangnya Kamran Cakrabuana sebagai utusan DI/TlI Jawa Barat untuk mengadakan perundingan dengan Amir Fatah maka keadaan berkembang dengan cepat. Amir Fatah diangkat Komandan Pertempuran Jawa Tengah dengan pangkat Mayor Jenderal TII. Sejak itu Amir menyerahkan tanggung jawab dan jabatannya selaku Ketua Koordinator daerah Tegal‑Brebes kepada Komandan SKS (Sub Wherkraise) III. Ia mengatakan bahwa Amir Fatah dengan seluruh kekuatan bersenjatanya tidak terikat lagi dengan Komandan SWKS III.
Untuk melaksanakan cita‑citanya di Jawa Tengah, DI mengadakan teror terhadap rakyat dan TNI yang sedang mengadakan perlawanan terhadap Belanda. Dengan demikian dapat dibayangkann betapa berat perjuangan TNI di daerah SWKS III, karena harus menghadapi dua lawan sekaligus yaitu Belanda dan DI/TII pimpinan Amir Fatah. Kemudian pasukan DI mengadakan penyerbuan terhadap markas SWKS III di Bantarsari. Pada waktu itu pula terjadilah pembunuhan massal terhadap satu Regu Brimob pimpinan Komisaris Bambang Suprapto. Pukulan teror DI di daerah SWKS III membuat kekuatan TNI menjadi terpecah belah tanpa hubungan satu sama lain. Akibatnya teror DI tersebut, daerah SWKS III menjadi gawat.
Untuk mengatasi keadaan ini Letkol Moch. Bachrun Komandan Brigade 8/WK I mengambil tindakan mengkonsolidasikan SWKS III yang telah terpecah‑pecah. Kemudian diadakan pengepungan terhadap pemusatan DI. Gerakan selanjutnya dilaksanakan dalam fase ofensif. Gerakan tersebut berhasil memecah belah kekuatan DI/TII sehingga terjadi kelompok‑kelompok kecil. Dengan terpecahnya kekuatan DI menjadi kelompokkelompok kecil tersebut akhirnya gerakan mereka dapat dipatahkan. Setelah itu gerakan diarahkan kepada pasukan Belanda DI/TII. Gerakan itu dilaksanakan siang dan malam, sehingga kedudukan mereka terdesak. Dalarn keadaan moril pasukan tinggi, datang perintah penghentian tembak‑menembak dengan Belanda. Akhirya menghasilkan KMB yang keputusan‑keputusannya harus dilaksanakan oleh TNI antara lain penggabungan KNIL dengan TNI. Dalam situasi TNI berkonsolidasi, Amir Fatah mengambil kesempatan untuk menyusun kekuatan kembali. Kekuatan baru itu memilih daerah Bumiayu menjadi basis dan markas komandonya. Setelah mereka kuat mulai menyerang pos‑pos TNI dengan cara menggunakan massa rakyat.
Untuk mencegah DI Amir Fatah agar tidak meluas ke daerah‑daerah lain di Jawa Tengah, maka diperlukan perhatian khusus. Kemudian Panglima Divisi III Kolonel Gatot Subroto mengeluarkan siasat yang bertujuan memisahkan DI Amir Fatah dengan DI Kartosuwiryo, menghancurkan sama sekali kekuatan bersenjatanya dan membersihkan sel‑sel DI dan pimpinannya. Dengan dasar instruksi siasat itu maka terbentuklah Komando Operasi Gerakan Banteng Nasional (GBN). Daerah Operasi disebut daerah GBN.
Pimpinan Operasi GBN yang pertama Letkol Sarbini, kemudian diganti oleh Letkkol M. Bachrun dan terakhir Letkokl A. Yani. Dalam kemimpinan Letkol A. Yani untuk menumpas Di Jawa Tengah dan gerakan ke timur dari DI Kartosuwiryo yang gerakannya meningkat dengan melakukan teror terhadap rakyat, maka dibentuk pasukannya yang disebut Banteng Raiders. Kemudian diadakan perubahan gerakan Banteng dari defensif menjadi ofensif. Gerakan menyerang musuh dilanjutkan dengan fase pembersihan. Dengan demikian tidak memberi kesempatan kepada musuh untuk menetap dan konsolidasi di suatu tempat. Operasi tersebut telah berhasil membendung dan menghancurkan exspansi DI ke timur, sehingga rakyat Jawa tengah tertindar dari bahaya kekacauan dan gangguan keamanan dari DI.
3.DI/TII Kalimantan Selatan:
Ø  Terjadi:
Pada Oktober 1950
Ø  Tujuan:
Keinginan
mendirikan Negara Islam Indonesia (NII)
Ø  Tokoh:
Ibnu Hajar (bekas Letnan dua TNI)
Ø  Penumpasan:
-
pemerintah pada mulanya melakukan pendekatan kepada Ibnu Hadjar dengan diberi kesempatan untuk menyerah, dan akan diterima menjadi anggota ABRI. Ibnu Hadjar sempat menyerah, akan tetapi setelah menyerah dia kembali melarikan diri dan melakukan pemberontakan lagi.
-
pemerintah akhirnya menugaskan pasukan ABRI (TNI-POLRI) untuk menangkap Ibnu Hadjar. -Pada akhir tahun 1959 Ibnu Hadjar beserta seluruh anggota gerombolannya tertangkap dan dihukum mati.
4.DI/TII Aceh:
Ø  Terjadi:
Pada Tanggal 21 September 1953
Ø  Latar Belakang :
Kekecewaan Daud Beureuh
karena status Aceh diturunkan dari daerah istimewa menjadi keresidenan dibawah provinsi Sumatera Utara sehingga Pada tanggal 20 September 1953 Tengku Daud Beureueh memproklamasikan daerah Aceh sebagai bagian dari Negara Islam Indonesia dibawah pimpinan Kartosuwiryo.
Ø  Tokoh :
Tengku Daud Beureueh
Ø  Penumpusan:
Dengan kombinasi operasi militer dan musyawarah. Hasil nyata dari musyawarah tersebut ialah pulihnya kembali keamanan di daerah Aceh.
Ø  Penjelasan
Pemberontakan DI/TII di Aceh dimulai dengan "Proklamasi" Daud Beureueh bahwa Aceh merupakan bagian "Negara Islam Indonesia" di bawah pimpinan Imam Kartosuwirjo pada tanggal 20 September 1953.
Daued Beureueh pernah memegang jabatan sebagai "Gubernur Militer Daerah Istimewa Aceh" sewaktu agresi militer pertama Belanda pada pertengahan tahun 1947. Sebagai Gubernur Militer ia berkuasa penuh atas pertahanan daerah Aceh dan menguasai seluruh aparat pemerintahan baik sipil maupun militer. Sebagai seorang tokoh ulama dan bekas Gubernur Militer, Daud Beureuh tidak sulit memperoleh pengikut. Daud Beureuh juga berhasil memengaruhi pejabat-pejabat Pemerintah Aceh, khususnya di daerah Pidie. Untuk beberapa waktu lamanya Daud Beureuh dan pengikut-pengikutnya dapat mengusai sebagian besar daerah Aceh termasuk sejumlah kota.
Sesudah bantuan datang dari Sumatera Utara dan Sumatera Tengah, operasi pemulihan keamanan ABRI ( TNI-POLRI ) segera dimulai. Setelah didesak dari kota-kota besar, Daud Beureuh meneruskan perlawanannya di hutan-hutan. Penyelesaian terakhir Pemberontakan Daud Beureuh ini dilakukan dengan suatu " Musyawarah Kerukunan Rakyat Aceh" pada bulan Desember 1962 atas prakarsa Panglima Kodam I/Iskandar Muda, Kolonel Jendral Makarawong.

5.DI/TII Sulawesi Selatan:
Ø  Terjadi:
Pada Tanggal 7 Agustus 1953
Ø  Latar Belakang:
Ditolaknya oleh pemerintah tuntutan Kahar Muzakkar agar Kesatuan Gerilya Sulawesi Selatan dan kesatuan gerilya lainnya dimasukkan delam satu brigade yang disebut Brigade Hasanuddin di bawah pimpinanya.
Ø  Tokoh:
Kahar Muzakar
Ø  Penumpasan:
Pemerintah melancarkan operasi militer, dan pada Tanggal 3 Februari 1965, Kahar Muzakkar tertembak mati oleh pasukan ABRI (TNI-POLRI) dalam sebuah baku tembak.
Ø  Penjelasan
Pemerintah berencana membubarkan Kesatuan Gerilya Sulawesi Selatan (KGSS) dan anggotanya disalurkan ke masyarakat. Tenyata Kahar Muzakar menuntut agar Kesatuan Gerilya Sulawesi Selatan dan kesatuan gerilya lainnya dimasukkan delam satu brigade yang disebut Brigade Hasanuddin di bawah pimpinanya. Tuntutan itu ditolak karena banyak diantara mereka yang tidak memenuhi syarat untuk dinas militer. Pemerintah mengambil kebijaksanaan menyalurkan bekas gerilyawan itu ke Corps Tjadangan Nasional (CTN). Pada saat dilantik sebagai Pejabat Wakil Panglima Tentara dan Tetorium VII, Kahar Muzakar beserta para pengikutnya melarikan diri ke hutan dengan membawa persenjataan lengkap dan mengadakan pengacauan. Kahar Muzakar mengubah nama pasukannya menjadi Tentara Islam Indonesia dan menyatakan sebagai bagian dari DI/TII Kartosuwiryo pada tanggal 7 Agustus 1953. Tanggal 3 Februari 1965, Kahar Muzakar tertembak mati oleh pasukan TNI.

C.Angkatan Perang Ratu Adil (APRA)
Ø  Terjadi:
Pada Tanggal 23 Januari 1950
Ø  Latar Belakang:
Tuntutan yang berisi Mempertahankan bentuk Negara federal (Pasundan) di Indonesia dan memiliki tentara sendiri pada Negara-negara bagian RIS, ditolak oleh pemerintah.
Ø  Tokoh:
-Kapten Raymond Westerling (pemimpin APRA)
-
Sultan Hamid II (Orang yang mendalangi APRA karena ingin menangkap dan membunuh para menteri)
-
Moh. Hatta (Berunding dengan komisaris tinggi Belanda)
-
Mayor Engels (Mendesak APRA meninggalkan kota Bandung)
-
APRIS dan Rakyat (menggagalkan gerakan APRA)
Ø  Penumpasan:
-Pemerintah Indonesia melancarkan operasi militer pada tanggal 24 Januari 1950.
-Di Jakarta, diadakan perundingan antara Drs. Moh. Hatta dengan Komisaris Tinggi Belanda. Hasilnya Mayor Engels dan pasukan APRA meninggalkan kota Bandung.

-APRIS bersama rakyat Menangkap Westerling & Sultan Hamid II, namun Westerling berhasil melarikan diri.

-Dampak dari gerakan APRA adalah parlemen Negara Pasundan mendesak agar negara tersebut dibubarkan dan terjadi pada tanggal 27 Januari 1950.
Ø  Penjelasan
Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) adalah milisi dan tentara swasta pro-Belanda yang didirikan pada masa Revolusi Nasional Indonesia. Milisi ini didirikan oleh mantan Kapten DST KNIL Raymond Westerling setelah demobilisasinya dari kesatuan Depot Speciale Troepen (depot pasukan khusus KNIL) pada tanggal 15 Januari 1949. Nama milisi ini berasal dari bagian dari kitab ramalan Jawa Kuna Ramalan Jayabaya yang meramalkan kedatangan seorang "Ratu Adil" yang merupakan keturunan Turki. Karena mempunyai warisan darah campuran Turki, Westerling memandang dirinya sebagai sang "Ratu Adil" yang diramalkan akan membebaskan rakyat Indonesia dari "tirani".
Westerling berusaha untuk mempertahankan adanya negara-negara federal dalam Republik Indonesia Serikat melawan kesatuan Republik Indonesia yang dipimpin oleh Sukarno dan Hatta yang dianggapnya didominasi oleh orang Jawa. APRA direkrut dari 18 faksi anti-Republik yang beragam, termasuk personel mantan gerilyawan Republik, Darul Islam, Ambon, Melayu, Minahasa, KNIL yang telah didemobilisasi, Regiment Speciale Troepen (Resimen Pasukan Khusus KNIL), dan Tentara Kerajaan Belanda. Tahun 1950, APRA telah berevolusi dari serangkaian unit pertahanan diri pedesaan menjadi kekuatan tempur berjumlah 2.000 personel.

D. Pemberontakan Andi Aziz
Ø  Terjadi:
Pada Bulan April 1950
Ø  Latar Belakang:
-Menuntut kepada pemerintah agar yang bertanggungjawab atas keamanan di wilayah Indonesia timur adalah hanya bekas tentara knil
-
Mempertahankan berdirinya Indonesia timur
-Menolak
kedatangan tentara APRIS dan TNI
Ø  Tokoh:
-Andi azis (Pemimpin pemberontakan)
-
Anggota KNIL (Pasukan Andi Aziz)
-Kolonel
alex kawilarang (Pemimpin APRIS dalam Penumpasan pemberontakan Andi Aziz)
Ø  Penumpasan:
-mula-mula pemerintah mengeluarkan ultimatum kepada andi azis untuk menghadap ke Jakarta untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya, tetapi andi azis tidak mematuhi ultimatum tersebut.
-
akhirnya pemerintah mengirim pasukan dibawah pimpinan colonel alex kawilarang. Pasukan APRIS bergerak dengan cepat untuk menguasai Makassar dan berhasil memaksa andi azis menyerahkan diri.
E.Republik Maluku Selatan (RMS)
Ø  Terjadi:
Pada Tanggal 25 April 1950
Ø  Tokoh:
-J.H. Manuhutu (Presiden RMS)
-Albert Wairisal (Perdana Menteri RMS)
-menteri RMS:
  -Mr.Dr.C.R.S.. Soumokil
  -D.j. Gasperz
  -J. Toule
  -J.B. Pattiradjawane
  -S.J.H. Norimarna
  -H.F. Pieter
  -P.W. Lokollo
  -A. Nanlohy
  -Ir. J.A. Manusama
  -Dr. Th. Pattiradjawane
  -Z. Pesuwarissa.
Ø  Penumpasan:
-Pada 14 Juli 1950 pasukan APRIS mulai penyerbuan terhadap RMS.
-Pada 15 Juli Pemerintah RMS mengumumkan SOB (Staat van Oorlog en Beleg - Negara Dalam Bahaya). -Pada 28 September 1950 APRIS menyerbu Ambon dan pada 3 November seluruh Ambon dapat dikuasai pasukan APRIS
-Kekuatan bersenjata RMS berhasil ditumpas pada akhir November 1950.
F. Pemberontakan permesta (Piagam Perjuangan Semesta)
Ø  Terjadi:
Pada Tanggal 17 Februari 1958
Di
Sulawesi Utara atau Tengah.
Ø  Latar Belakang:
Pada tanggal 17 Februari 1958 Komandan Daerah Meliter Sulawesi Utara dan Tengah menyatakan diri putus hubungan dengan pemerintahan pusat dan mendukung PRRI.Pada tanggal 2 Maret 1958 diproklamasikanlah merdirinya Persemesta.
Ø  Tokoh:
-Letkol Herman Nicolas Ventje Sumual:Panglima tertinggi/KSAD permesta(dgn pangkat brigadier jendral)
-
Kolonel Alexander efert kawilarang:Panglima besar angkatan bersenjata permesta(dgn pangkat mayor jendral)
-
Letkol Muhammad saleh lahede:Wakil ketua dewan tertinggi permesta
-
Kolonel jacob frederick warouw:Menteri pembangunan dan pekerjaan umum/Wakil perdana menteri PRRI
-
Letkol daniel julious somba:Wakil KSAD PRRI/permesta
Ø  Penumpasan:
Pemerintah melancarkan Operasi insyaf dibawah Komando antar daerah indonesia Timur yang tetap setia kepada pemerintah RI,dan operasi merdeka dibawah pimpinan Rukminto Hendraningrat.
Operasi yang dilancarkan oleh pemerintah memang menghadapi tantangan yang berat,namun demikian berkat kerjasama yang baik akhirnya pemberontakan Permesta dapat digagalkan.Pada pertengahan tahun 1961 sisa-sisa Permesta menyerahkan diri.
G. kesimpulan
            Banyak sekali pemberontakan yang terjadi di indonesia diantara nya adalah DI/TII, PKI di madiun, Permesta, pemberontakan andi aziz, APRA, dan RMS. Semuanya dapat ditangani dengan baik, akan tetapi tetap saja pemberontakan pemberontakan itu semua menelan banyak korban jiwa.
            Oleh karena itu kita sebagai generasi muda berupaya untuk mencegah hal hal yang tidak diinginkan tersebut terjadi dengan cara belajar dengan tekun dan  memperkuat ilmu agama. Dan kita juga harus selektif dalam mengambil langkah dalam era globalisasi. Jangan sampai hal itu membuat kita terpuruk kedalam lembah kezaliman dan membuat segala hal menjadi biadap seperti pada zaman pemberontakan tersebut.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar